Monday, 11 Dec 2023
Temukan Kami di :
Keuangan

BI Jelaskan Biang Kerok yang Jadi Penyebab Dolar AS Nyaris Rp15 Ribu

Aisyah Isyana - 21/09/2023 19:28

Beritacenter.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo turut berkomentar soal situasi mata uang Rupiah yang belekangan melemah. Menurutnya, pelemahan Rupiah turut disebabkan karena adanya tekanan eksternal, khususnya di Amerika Serikat (AS).

"Peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar Rupiah pada September 2023 (sampai 20 September 2023) secara point-to-point melemah sebesar 0,98% dibandingkan dengan level akhir Agustus 2023," kata Perry dalam konferensi pers, Kamis (21/9/2023).

Perry mengatakan, biang kerok utama pelemahan Rupiah, yakni adanya ketidakpastian pasar keuangan global yang dipicu arah kebijakan suku bungan acuan Amerika Serikat. Terlebih, Bank Sentral AS Federal Reverse (The Fed) diproyeksi masih akan menaikkan suku bunga acuan satu kali lagi sampai akhir tahun.

"Artinya memang ya itu ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat, Fed Fund Rate yang naik November, sementara inflasinya turun lambat banget. Nah itu yang membuat dolar sangat kuat," jelas Perry.

Diketahui, Dollar AS pagi ini tercatat menguat 35 poin atau naik 0,23% ke level Rp 15.407. Dolar bereada di level tertingginya di Rp15.409 dan level terendahnya Rp15.320.

Jika dilihat dari awal tahun atau year to date (ytd), Rupiah terpantau masih menguat 1,22%. Rupiah juga lebih baik dibandingkan mata uang India, Filipina dan Thailand yang masing-masing alami depresiasi dalam yakni 0,42%, 1,92%, dan 4,03%.

"Ke depan BI perkirakan stabilitas rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi investor ke prospek perekonomian Indonesia, inflasi rendah dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," tegas Perry.

Lebih lanjut, BI bakal terus memperkuat kebijakan stabilitasasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas, meningkatkan efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA), melanjutkan penerbitan SRBI, serta mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%.

"Fokusnya menstabilkan nilai tukar rupiah. Bagaimana menstabilkan nilai tukar rupiah? Suku bunganya stay, kita melakukan intervensi, dan inovasi dalam bagaimana kami melakukan operasi moneter," pungkasnya.




Berita Lainnya

Dolar AS Masih Dikisaran Rp15.600 Pagi Ini

04/10/2023 11:32 - Aisyah Isyana
Kemukakan Pendapat


BOLA