Rasa-rasanya tidak ada yang meragukan ketegasan Ganjar Paling Solutif urusan melawan korupsi. Ia pernah mencopot dua kepala dinas karena ketahuan menerima grativikasi, melabrak pelayanan yang kedapatan pungli, menendang tembok bangunan sekolah karena tak sesuai spek, dan masih banyak bukti lain yang bisa kita panen di internet.
Semalam, sikap itu kembali ditegaskan @ganjarpranowo di acara Mata Najwa. Secara mengejutkan, Najwa mempertanyakan sikap Ganjar soal KPK dengan membenturkan pernyataan Megawati yang ingin membubarkan lembaga itu karena dinilai tidak efektif. Namun tanpa keraguan Ganjar memilih untuk memperbaiki dan menguatkan peran KPK sebagai lembaga antirasuah yang independen.
Jawaban Ganjar menyiratkan dua hal, ia adalah pribadi yang setia dengan sikapnya, sekaligus sosok pemimpin yang memiliki otoritas penuh dalam bertindak dan memandang suatu permasalahan.
Setiap capres memang menawarkan gagasan. Mereka barangkali juga menyuguhkan janji dan angan-angan. Namun untuk mengukur janji itu bisa dipegang kebenarannya cuma satu, yakni rekam jejak, bukan lain-lain.
Bagaimana mungkin misalnya, kita akan percaya capres yang memberi janji soal kemakmuran dalam hal pangan, sementara diberi kepercayaan mengelola proyek lumbung pangan saja gagal dan terbengkalai. Tentu saja kita jadi sulit menerimanya.
Ganjar bukan tipe semacam itu. Rekam jejak dan gagasannya berjalan dalam satu ritme. Pengalamannya soal melawan korupsi sangat jelas. Birokrasi Jawa Tengah di tangan Ganjar beberapa kali mendapatkan penghargaan dari KPK, baik dari sisi integritasnya, maupun dalam pelaporan harta kekayaan pejabat.
Ganjar bahkan melibatkan para pelajar untuk menjadi agen anti korupsi. Mereka akan ikut mengawasi serta melaporkan jika menemukan praktek-praktek kotor tersebut. Artinya, Ganjar sudah mempopulerkan budaya anti korupsi sejak di kalangan generasi muda.
Dari sana, aku pun bisa membayangkan, konsen Ganjar pada isu ini akan semakin kencang jika kelak dirinya menjadi pemimpin negeri ini. Ganjar paham permasalahannya, yakni salah satunya sistem. Maka sistem yang masih berpeluang memainkan anggaran, bukan tidak mungkin akan dipangkas. Selain itu, penegakan hukumnya juga tidak bakal main-main.
Pertanyaannya, apakah kita sudah benar-benar siap menghapus tradisi koruptif?
Inilah yang menjadi resiko Ganjar. Bahkan mungkin bumerang. Ia sangat mungkin dimusuhi, terutama bagi para pejabat yang biasa dipeluk kenyamanan semacam itu. Mereka yang memiliki kepentingan itu tentu tak bakal memilih Ganjar. Tapi aku percaya, Ganjar berani menghadapi, dan tetap teguh pada pendiriannya. Satu kalipun aku tak pernah melihat bibit-bibit pengecut tumbuh pada diri Ganjar.