Bertitacenter.COM - Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas Matahari terpantau menunjukkan peningkatan. Salah satunya, Matahari dilaporkan menyemburkan jilatan api yang sangat kuat pada 28 Maret 2023 lalu.
Meski begitu, apakah itu akan memberikan dampak ke Bumi? Diketahui, peningkatan aktivitas Matahari disebabkan oleh fasel paling aktif dalam siklus 11 tahunan Matahari yang bakal mencapai puncak ativitasnya pada 2024 mendatang.
Baca juga :
Adapun jilatan api kuat yang disemburkan Matahari pada 28 Maret 2023 itu terpantau mencapai puncaknya pada pukul 22:33 ET. Gambar terkait perisitwa itu turut tertangkap Wahana Solar Dynamics Observatory milik NASA yang mengamati Matahari.
Adapun yang dimaksud dari jilatan Matahari itu, yakni semburan energi yang sangat kuat yang dikeluarkan Matahari. Untuk Bumi, flare atau suar dan letusan Matahari akan berdampak pada putusnya komunikasi radio, jaringan tenaga listrik, sinyal navigasi, dan menimbulkan risiko bagi pesawat ruang angkasa hingga astronaut.
Diketahui, jika suar itu diklasifikasikan sebagai suar X1.2. Adapun maksud dari Kelas X disini menunjukkan jika suar itu yang paling intens, dan angka yang mengikuti di belakangnya menunjukkan kekuatannya.
NASA dan badan antariksa dari berbagai negara mengamati Matahari serta lingkungan luar angkasa lainnya dengan armada pesawat ruang angkasa. Sejauh ini, mereka juga mempelajari segala sesuatu soal luar angkasa, mulai dari aktivitas Matahari hingga atmosfer Matahari dan partikel serta medan magnet di luar angksa, tepatnya disekitaran Bumi.
Tak hanya berhenti di Bulan, sejumlah negara-negara dengan teknologi luar angkasa mereka yang maju juga tengah berlomba-lomba meneliti Matahari. Mereka mempelajari perilaku bintang utama yang menerangi sistem Tata Surya di galaksi tempat kita berada.
.jpg)
