Sudah menjadi rahasia umum jika Anies Baswedan itu antitesa garis kerasnya Joko Widodo. Jadi untuk meneruskan perjuangan sang presiden yang sudah mendapat angka kepuasan kinerja di atas 80%, Anies bukan pilihan yang tepat.
Lalu setelah Anies dieliminasi, masih ada dua kandidat capres yang kini masih menjadi perdebatan sengit. Sama-sama punya power besar, tapi power itu beda sumber lho ternyata. Saya pernah mengomentari satu cuitan pendukung Prabowo yang memeprlihatkan keasyikan Prabowo dengan kudanya.
Potret itu disandingkan dengan foto @ganjarpranowo yang sedang memainkan kuda kepang. Membicarakan kuda memang mengingatkan tentang suatu moment ciamik, tentang Jokowi yang menang saat kontestasi pilpres.
Tukang andong yang disematkan Prabowo kepadanya dalam sebuah obrolan intim circle pejabat. Dibuktikanlah setelah kemenangannya diumumkan, Jokowi menunggangi andong menuju istana. Rupanya sekarang diungkit lagi lewat Ganjar yang memang mengganggu pandangan para simpatisan Prabowo. Coba itu ditanya Pak Prabowo, apa paham yang namanya kesenian jaran kepang?
Itu budaya kita, jangan dijadikan guyonan. Oh saya lupa yang dijadikan candaan itu karena kedudukan Ganjar disini. Pertanyaannya apa Ganjar mampu menunggangi kuda seperti Prabowo? Si pendukung tadi menanyakan tentang kasta Ganjar yang lebih rendah dari Prabowo.
Kenyataannya begitu, makanya saya tadi bilang kalau keduanya itu sama-sama punya power tapi beda muasalnya. Jika Prabowo dari harta dan tahtanya, Ganjar dari banyak aspek. Ada prestasi, kasih dari rakyat dan pendukungnya, istri dan keluarganya, dan orang-orang di sekitarnya.
Semua itu aset. Saya pernah mengatakan bahwa uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Definisi itu saya artikan sebagai keselarasan hidup. Uangmu cukup, kebahagiaanmu juga harus terpenuhi.
Dalam hal ini, Ganjar yang menang karena dilihat dalam perspektif keluarga. Kalau sudah tercukupi kebutuhannya, ngapain cari yang lebih? Kalau maunya cari yang lebih terus, jatuhnya serakah.
Kaya tidak membuat bahagia, definisinya ada pada Prabowo. Lihat saja dia sibuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah, sampai mengembat proyek nasional tapi dia kehilangan yang namanya kehangatan keluarga.
Itu baru dari kacamata keluarga, organisasi kecil yang dipimpin keduanya. Coba naik lagi ke ranah pemerintah, Ganjar menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode dengan jabatan sebelumnya sebagai wakil rakyat di kursi DPR. Sedangkan Prabowo pemilik dan pendiri parpol yang sekarang menjadi menteri dalam kabinet Jokowi.
Saya tidak akan mengambil banyak rekam jejak keduanya. Karena lewat tulisan sebelumnya, ulasan rekam jejak kedua tokoh itu banyak. Dalam artian banyak, Ganjar dengan rekam jejak yang menunjukkan prestasinya, sedangkan Prabowo?
Ya kalian tahu ada cerita dibalik peliknya masalah Food Estate yang mangkrak, PT TMI yang abu-abu eksistensinya, Komcad yang menilap uang tapi terselamatkan lewat argumentasi rahasia, problematika pesawat bekas, heroiknya pengajuan proposal perdamaian Ukraina-Rusia, dan masih banyak lagi. Capek kalau harus mengelist kefatalan Pak Prabowo, guys.
Lalu bagaimana dengan rekam jejak Ganjar? Saya ambil sepuluh terakhir saja ya, guys. Ada penurunan stunting yang pesat, diikuti dengan penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Penurunan angka kemiskinan ekstrem, ehe kalo yang satu ini sangat sensitive karena banyak black campaign menyuarakan Jateng jadi provinsi termiskin. So sad.