Beritacenter.COM- Pak Jokowi terlalu cawe – cawe, ga seperti pak SBY. Dan maka narasi bahwa SBY disebut lebih paham bagaimana seharusnya menjadi Presiden ramai mereka bicarakan.
Benarkah?
Setahuku, di akhir masa jabatan SBY 2014, Demokrat sedang jatuh sejatuhnya sebagai entitas sebuah partai. Bukan mencetak kader dengan visi kebangsaan seharusnya sebuah parpol hadir, kader dengan jumlah anggota terkorup se Indonesia justru jadi prestasi partai itu.
Dari kader yang ditugaskan menjadi menteri, anggota dewan, bahkan yang duduk dalam struktur partai ramai – ramai masuk bui. Mereka nggondol duit negara tanpa rasa sungkan.
Ketika Anggota Dewan Pembina, Ketua Umum, Bendahara, Wakil Sekjen, Ketua DPP hingga anggota semua terlibat korupsi, itu sepertj tidak sedikitpun menyisakan posisi yang tidak terlibat korupsi bukan?
Jadi, dibanding harus sibuk bicara siapa penggantinya, bukankah lebih masuk akal beliau selamatkan sekoci miliknya yang sudah setengah karam itu?
Itu bukan ga mau cawe – cawe, itu relaistis beliau pilih posisi. Dia realistis bahwa dia tidak sedang punya kemewahan dapat berbuat seperti itu. Ada terlalu banyak bocor pada sekocinya yang harus ditambal dibanding melanjutkan perjalanan bahtera besar itu apalagi pilih nahkoda. Itu namanya realistis.
Beda dengan Jokowi, bahtera yang dinahkodainya justru sedang dalam posisi excellent. Beliau tak sibuk dengan urusan sekoci. Tepatkah turut serta beliau bicara siapa nahkoda berikutnya adalah cawe – cawe dalam intonasi yang dibuat negatif itu?
Salah pilih nahkoda, mending kalau cuma bocor – bocor itu kapal, nabrak dan tenggelam jelas bukan pilihan semua pihak.
Ayo pak, jenengan memang kudu cawe – cawe pak
Sumber : Status Facebook Karto Bugel
.jpg)
.jpg)
.jpg)
