Di benakmu pasti akan langsung muncul satu persatu calon presiden ketika membaca judul itu. Tidak, aku tidak menyalahkanmu. Itu hal wajar. Tapi daripada dibilang kita mengada-ada, apalagi kalau sampai dituduh nyebar fitnah, jadi mari buka data. Minimal dari survei yang dilakukan SMRC terbaru kali ini.
Dari survei itu, Ganjar Pranowo unggul dalam kelompok pemilih kritis. Dia dipilih sebanyak 35,9 persen responden, sementara Prabowo 33,8 persen, dan Anies 20,1 persen suara.
Dengan rasionalitas sebagai pegangan, apa yang dinilai para pemilih adalah kinerja serta pencapaian yang sudah diukir oleh para kandidat.
Jadi coba kita tengok sebentar capaian kinerja masing-masing kandidat. Dari mulai Anies, Prabowo, hingga Ganjar.
Dari ketiga nama itu, aku kira kita sepakat kalau Anies Baswedan memang menjadi produsen kegagalan paling banyak. Tidak sedikit program kerjanya yang hasilnya dinilai mengecewakan, tak semanis kata-kata yang dijanjikan. Dari mulai program hunian DP nol persen, Oke Oce, hingga sumur resapan yang justru mengganggu para pengendara jalan.
Program kerja yang dibuat sendiri dengan sadar pun bisa dengan mudah diabaikan, apalagi nasib rakyat yang jumlahnya berjuta-juta jika dia jadi presiden.
Kinerja Prabowo pun selama ini tidak ada yang menonjol. Sebagai Menhan apa yang aku dapat infonya hanya melulu soal anggaran yang jumlahnya sangat fantastis. Belanja alutsista memang perlu. Tapi bukan berarti mengesampingkan persoalan yang lain. Sejak dia menjadi Menhan, sama sekali aku tak mendengar pencapaian keberhasilannya, terlebih dalam urusan menyelesaikan persoalan kemanusiaan.
Ambil saja kasus penyekapan pilot Susi Air di Papua yang sampai sekarang belum rampung. Kemana Pranowo? Kenapa tak terlihat batang hidungnya sama sekali? Hanya ada satu tanggapan Prabowo soal kasus itu yang aku temukan dari pemberitaan Detikcom.
"Ya nanti saya kira Kodam, Polda sedang menangni itu. Kita lihat perkembangannya," begitu katanya.
Tampak sangat ragu sekali tanggapan Prabowo. Ia seperti enggak yakin. Mestinya sebagai menteri pertahanan, dia mampu memberikan gagasan dan langkah-langkah jitu terkait misi penyelamatan yang akan diambil. Bukan menghadapinya dengan keragu-raguan, apalagi lempar masalah.
Itu sangat berbeda dengan Ganjar. Semua persoalan dia hadapi dan selesaikan. Ada yang masih ingat ketika Ganjar menyelamatkan 54 WNI yang disekap di Kamboja? Keluarga korban ini semula meminta tolong Ganjar lewat instagramnya. Ganjar saat itu juga langsung meminta KBRI di Kamboja serta Kemenlu untuk segera turun tangan.
Ganjar terus mengawal kasus itu. Apalagi puluhan WNI tersebut diketahui menjadi korban perdagangan manusia atau human trafficking di Kamboja. Komunikasi siang malam tidak berhenti Ganjar lakukan. Jajarannya di Dinas Tenaga Kerja pun ikut dia kerahkan. Sampai akhirnya para korban berhasil dipulangkan dengan selamat. Siapapun akan merasa haru menyaksikan vidio mereka saat memberikan ucapan terimakasih kepada Ganjar Pranowo.
Respon cepat tanggap inilah yang menjadi nilai tersendiri dari kepemimpinan Ganjar selama ini. Itu tidak terlihat dari kandidat capres lainnya.
Apalagi jika kita bicara program kerja Ganjar di Jawa Tengah. Tak ada satupun program kerjanya yang tidak mencapai target, apalagi mangkrak. Dan seluruhnya berbasis kerakyatan. Artinya gagasan serta inovasi Ganjar betul-betul dirasakan masyarakat. Dari mulai sekolah gratis, renovasi satu juta lebih rumah tak layak huni, dan lain-sebagainya.
Capaian-capaian kinerja itulah yang selamanya menjadi pertimbangan dalam menentukan sosok pemimpin bangsa. Pada akhirnya menjadi sangat wajar ketika Ganjar selalu unggul di berbagai survei, termasuk dalam survei kelompok pemilih kritis SMRC ini. Artinya masyarakat telah melihat dan membaca sendiri track record para kandidat, hingga kemudian memilih yang terbaik dari semuanya.