Beritacenter.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau terus menguat. Bahkan, secara year to date atau sejak awal tahun hingga 28 April 2023, nilai Rupiah menguat 6,12%.
Menurutnya, penguatan itu lebih tinggi dari nilai tukar mata uang lainnya terhadap dolar AS di periode yang sama. Sri Mulyani mengungkap hal itu dalam konfrensi pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di kantor LPS, Jakarta, Senin (8/5) kemarin.
Baca juga :
"Lebih tinggi dibandingkan dengan apresiasi Baht Thailand 1,35%, Rupee India 1,10%, dan Peso Filipina 0,67%," ujar Sri Mulyani, Selasa (9/5/2023).
Ke depannya, Sri Mulyani memperikirakan nilai tukar rupiah akan kian menguat didorong surplus transaksi berjalan dan berlanjutnya aliran masuk modal asing, sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi dan inflasi yang rendah.
"Serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," terang Sri Mulyani.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyakini Rupiah akan tetap menguat ke depannya, meski pun ada kenaikan suku bunga oleh The Fed 5,25%.
"Makannya BI semakin confident rupiahnya akan menguat. Tempo hari belum menguat karena belum ada kepastian dari fed fund rate. Sekarang ada kepastian dan rupiah bakal menguat mengarah pada nilai fundamentalnya," ujar Perry dalam kesempatan yang sama.
Lebih lanjut, Perry turut menambahkan faktor-faktor apa saja yang mendukung penguatan rupiah, diataranya inflasi lebih rendah, pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, imbal hasil yield menarik, hingga cadangan devisa yang tinggi.
"Inflasi lebih rendah, pertumbuhan lebih tinggi, imbal hasil yield itu menarik, cadangan devisa yang tinggi, ini faktor-faktor fundamental yang mendukung penguatan atau stabilitas nilai tukar rupiah untuk fed fund rate," tutupnya.