Ada sebuah peribahasa yang sepertinya cocok untuk menggambarkan karakter para lawan politik Presiden Jokowi. Yakni “tong kosong nyaring bunyinya”. Setiap kali mereka ini melihat adanya peluang atau celah, yang menurut mereka bisa dipakai buat menyerang Presiden Jokowi ya. Mereka pun langsung gaspol menyerang dan merepet hiruk pikuk rame banget, gak pake mikir hehehe… Seakan jadi pertanda bahwa mereka ini sedang panik luar biasa. Gitu kan biasanya ya? Orang kalau lagi panik ya ribut aja gak bisa mikir lagi.
Pada awal April lalu, Presiden Jokowi dan para ketua umum partai politik bertemu di Kantor DPP PAN, tanpa mengundang NasDem. Pasca pertemuan itu, mencuat wacana koalisi besar atau koalisi raksasa. Koalisi besar ini tentunya menakutkan ya buat Koalisi Perubahan yang berisi Demokrat, PKS dan NasDem. Karena banyaknya dan luasnya mesin politik yang bakal jadi saingan mereka. Waktu itu kan Ganjar Pranowo belum dideklarasikan sebagai capres ya. Apalagi kalau nanti koalisi raksasa ini sudah punya pasangan capres/cawapres ya. Sementara di koalisinya sendiri, Demokrat belum berhasil mengusung AHY untuk jadi pendamping Anies. Hasilnya ya panik sendiri.
Oleh sebab itu, Demokrat pun mulai menyerang Presiden Jokowi dengan isu netralitas. Bahkan waktu itu Demokrat sempat menyebarkan isu bahwa PDIP gak diajak dalam koalisi besar bentukan Presiden Jokowi, gara-gara Ibu Megawati waktu itu gak hadir ya. Namun yang paling banyak diserukan oleh Demokrat adalah soal netralitas, yang katanya Presiden Jokowi ini harus meneladani SBY, yang ketika jadi presiden tidak mencampuri urusan koalisi.
SBY netral? Bukannya dulu pada Pilpres 2014 SBY mendukung salah satu paslon, Prabowo-Hatta? Banyak kok rekam jejaknya. Tinggal di-google saja ya. Nah, kembali ke masa kini. Beberapa hari lalu Presiden Jokowi kembali bikin Demokrat bergetar ya. Presiden Jokowi mengumpulkan para ketua umum partai untuk bertemu di Istana Merdeka. Tentunya tanpa mengundang NasDem ya.
Apakah ada aturan yang dilanggar oleh Presiden Jokowi? Kan enggak ya. Presiden punya hak untuk bertemu dengan siapa saja di Istana. Publik juga melihatnya biasa saja, seperti layaknya sebuah silaturahmi. Emangnya Presiden Jokowi gak boleh silaturahmi? Yang ribut hanya para lawan politik Presiden Jokowi, terutama Demokrat.
Tuduhan bahwa Presiden Jokowi cawe-cawe atau ikut campur urusan partai politik dalam Pilpres 2024, secara masif menerpa Presiden Jokowi. Dari media mainstream. Sampai ke berbagai postingan di media sosial oleh para politisi Demokrat. Sampai Andi Arief pun diturunkan ya. Rocky Gerung juga ikutan menyerang. Wuidiiih keroyokan ini ya hehehe…
Sebenarnya serangan-serangan Demokrat ini jadi hambar sendiri ya, begitu para netizen membongkar rekam jejak SBY. Banyak sekali pemberitaan di media yang tersedia. Selain yang tadi sudah saya tunjukkan tentang dukungan Demokrat terhadap pasangan Prabowo-Hatta ya. Ada pula momen pertemuan SBY dengan Prabowo-Hatta dan para elit partai koalisi di Cikeas. Ada pula kritik yang dilontarkan terhadap SBY oleh seorang pakar dari UI, terkait penggunaan Istana Negara pada hari kerja untuk berbicara soal partai. Menurut pakar ini, SBY telah melanggar etika politik. Itu dulu ke mana para politisi Demokrat yang sekarang menuduh Presiden Jokowi cawe-cawe? Apa mereka ini pura-pura dungu dan lupa dengan kelakuan bosnya sendiri?