Beritacenter.COM - Presiden Joe Biden mengintruksikan militer AS untuk melancarkan serangan terhadap kelompok ISIS di Somalia. Dalam serangan militer AS itu, dilaporkan seorang pemimpin regional kelompok ISIS, Bilal al-Sudani, tewas di lokasi.
Pejabat AS menyebut Sudani tewas dalam baku tembak usai pasukan AS turun ke kompleks gua pegunungan di Somalia Utara, dalam upaya penangkapannya, seperti dilansir kantor berita AFP, Jum'at (27/1/2023).
Dalam serangan itu, dilaporkan juga 10 anggota ISIS lainnya tewas di lokasi kejadian, namun tak ada korban dari pihak Amerika Serikat.
Baca juga :
"Pada 25 Januari, atas perintah presiden, militer AS melakukan operasi penyerangan di Somalia utara yang mengakibatkan kematian sejumlah anggota ISIS, termasuk Bilal al-Sudani," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam sebuah pernyataan.
"Al-Sudani bertanggung jawab untuk mendorong pertumbuhan keberadaan ISIS di Afrika dan mendanai operasi kelompok itu di seluruh dunia, termasuk di Afghanistan," ujar Austin.
Sudani disebut turut mengoordinasikan pendanaan cabang-cabang ISIS. "Dari basisnya di pegunungan di Somalia utara, dia menyediakan dan mengoordinasikan pendanaan untuk cabang-cabang ISIS, tidak hanya di Afrika tetapi juga ISIS-Khorasan, cabang ISIS yang beroperasi di Afghanistan," kata seorang pejabat AS tanpa menyebut nama.
Sudani juga disebut terlibat dalam perekrutan dan pelatihan pertempuran untuk gerakan ekstremis Al-Shabaab di Somalia 10 tahun silam. "Sudani memiliki peran operasional dan keuangan utama dengan keterampilan khusus yang menjadikannya target penting untuk tindakan kontraterorisme AS," kata pejabat itu.
Untuk diketahui, serangan terhadap kelompok ISIS di Somalia itu telah dipersiapkan selama beberapa bulan terakhir. Dimana pasukan-pasukan AS telah berlatih di sebauh tempat yang dibangun untuk meniru medan persembunyian Sudani.
Setelah berkoordinasi dengan para pejabat tinggi pertahanan, intelijen, dan keamanan, Presiden Joe Biden akhirnya mengizinkan serangan tersebut untuk dilancarkan awal pekan ini.
"Operasi penangkapan yang dimaksudkan pada akhirnya ditentukan sebagai pilihan terbaik untuk memaksimalkan nilai intelijen operasi dan meningkatkan ketepatannya di medan yang menantang," kata pejabat AS lainnya.
"Namun, respons pasukan musuh terhadap operasi itu mengakibatkan kematiannya," imbuh pejabat itu.