Beritacenter.COM - Nahas, nasib seorang bayi yang baru bayi di Ukraina, dilaporkan tewas usai terdampak serangan roket Rusia yang menghantam bangsal bersalin di rumah sakit di wilayah Zaporizhzhia. Parahnya, insiden itu terjadi saat proses persalinan tengah berlansung di rumah sakit tersebut.
Dinas urusan darurat Ukraina melaporkan soal serangan roket Rusia yang menghantam rumah sakit di Zaporizhzhia, yang diklaim telah dilancarkan Moskow pada SELASA (22/11) malam hingga Rabu (23/11) waktu setempat, seperti dilansir AFP, Rabu (23/11/2022).
Baca juga :
"Di kota Vilniansk di wilayah Zaporizhzhia, akibat serangan roket terhadap rumah sakit lokal di wilayah tersebut, gedung dua lantai yang menjadi lokasi ruang bersalin hancur," sebut para petugas penyelamat Ukraina via media sosial.
Selain itu, mereka menyebut serangan roket Rusia itu menghantam rumah sakit saat proses persalinan bayi tengah berlangsung. Seorang wanita yang tengah melahirkan dan bayinya, serta dokter yang menangani persalinan turut terdampak serangan tersebut.
"Akibat serangan itu, seorang bayi yang dilahirkan tahun 2022 meninggal dunia, sedangkan seorang wanita dan sang dokter berhasil diselamatkan dari puing-puing," terang para petugas penyelamat.
Menanggapi terjadinya serangan roket yang menewaskan bayi baru lahir, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pernyataannya menyebut Rusia telah hanya datang membawa teror dan pembunuhan.
"Musuh telah sekali lagi memutuskan untuk berusaha mencapai apa yang tidak bisa dicapai selama sembilan bulan dengan teror dan pembunuhan, dan itu tidak akan bisa dicapai," kecam Zelensky via media sosial.
"Sebaliknya, mereka hanya akan dimintai pertanggungjawaban atas semua kejahatan yang telah dibawanya ke negara kita," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala otoritas militer regional Zaporizhzhia, Oleksandr Starukh, menyebut pasukan Rusia telah meluncurkan roket-roket berukuran besar yang menyasar sebuah bangsal bersalin di rumah sakit Vilnyansk.
"Hati kami dipenuhi kesedihan, karena seorang bayi yang baru lahir terbunuh," ujar Starukh sebagaimana dilansir CNN.