Politik Meja Makan

Kemarin, Gibran posting foto di laman Twitternya. Ada dua foto sekaligus yang ditampilkan. Pertama, foto dirinya saat bertemu (sarapan) dengan Anies Baswedan di sebuah hotel di Solo.

Diketahui, belakangan paska pensiun sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies tampak getol melakukan banyak kunjungan ke daerah. Mungkin dia ingin piknik, tapi tetep kurang jauh.

Atau sekadar healing setelah 5 tahun pusing ngurusin banjir, kok air hujannya bandel gak mau masuk ke tanah? Atau, ya safari politik supaya lebih dikenal banyak orang, karena sekarang kan memang belum terkenal.

Menariknya, ada satu foto lagi yang dipasang Gibran di statusnya, yakni foto Megawati duduk semeja dengan SBY. Mereka berdua turut diundang gala dinner KTT G20 di Bali. “Monggo sarapan. Bu Mega bertemu SBY, saya bertemu Mas Anies,” terang Gibran.

Sebuah “simbol” agar masyarakat mau berpikir untuk memahaminya. Mungkin maksudnya, gerbong Anies (di mana partainya SBY ikut berkoalisi mengusung Anies) tengah pedekate kepada PDIP (Mega dan Gibran PDIP) melalui politik meja makan.

Bagaimana hasilnya? Yang pasti Megawati tidak sempat berbincang-bincang dengan SBY, artinya pertemuannya hanya kebetulan kok pas berdekatan waktunya dengan pertemuan Gibran-Anies. Sama sekali gak nyenggol soal 2024, mungkin Mega ogah. Mau tau jawaban Gibran?

Sehari berikutnya (hari ini) Gibran memasang foto lain bersama Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, dengan tema yang masih sama “politik meja makan” tapi kali ini di sebuah warung sate Pak Dahlan. Belum tahu juga dalam rangka apa pertemuan itu.

Dalam postingannya, Mas Wali menuliskan, “Memang lebih enak makan di warung sederhana seperti ini,” tulisnya. Dan ketika ditanya soal makan di hotel, Gibran menjawab, “Bukannya gak enak. Tapi gak biasa makan di hotel. Gimana gitu rasanya,” kata Gibran.

Ini juga dipastikan kalimat simbolik. Saya hanya menyampaikan, silahkan ditafsirkan sendiri…

Sumber : Status Facebook Agung Wibawanto