Thursday, 23 Mar 2023
Temukan Kami di :
Ekonomi

Sri Mulyani Jelaskan Dampak Resesi AS Terhadap Perekonomian RI

Aisyah Isyana - 29/07/2022 19:48

Beritacenter.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut Indonesia tengah dihadapkan dengan berbagai tantangan eksternal. Dimana terjadinya lonjakan inflasi dunia, hingga dampak perang Rusia-Ukraina mengakibatkan krisis pangan-energi diberbagai negara, salah satunya resesi yang menimpa AS.

Tingginya inflasi yang terjadi turut mengakibatkan ekonomi di China hingga negara Eropa melemah. Bahkan, AS telah resmi mengalami resesi teknikal, atau pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut dalam tahun yang sama.

Menkeu Sri Mulyani turut menjelaskan dampak tersebut ke perekonomian Indonesia. Dia mengatakan, jika AS dan China selaku mitra dagang mengalami pelemahan ekonomi, maka permintaan terhadap ekspor Indonesia bisa turun.

"Pagi ini Anda membaca berita AS negative growth kuartal II, technically masuk resesi. RRT seminggu yang lalu keluar dengan growth kuartal kedua yang nyaris 0," kata Sri Mulyani, saat menghadiri Dies Natalis ke-7 PKN STAN sekaligus peresmian Gedung Nusantara PKN STAN, Jumat (29/7/2022).

"Apa hubungannya dengan kita lagi? AS, RRT, Eropa adalah negara tujuan ekspor Indonesia. Jadi kalau mereka melemah, permintaan terhadap ekspor turun, harga komoditas juga turun," sambungnya.

Sri Mulyani turut menyinggung soal dampak dari resesi yang melanda AS. Dimana dia turut mebeberkan sejumlah potensi dampak resesi AS ke Indonesia, termasuk pengaruh tingginya inflasi.

"Banyak hubungannya. Dengan inflasi itu maka otoritas moneter di berbagai negara melakukan respons kebijakan, mengetatkan likuiditas dan meningkatkan suku bunga. Ini menyebabkan arus modal keluar," jelas Sri Mulyani.

"Kalau seandainya kenaikan suku bunga dan likuiditas cukup kencang, maka pelemahan ekonomi global pasti terjadi," tambahnya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menyebut pihaknya akan tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Meski sejatinya kondisi Indonesia masih terpantau kuat, jika dilihat dari APBN yang surplus Rp 73,6 triliun per Juni 2022.

"Kita tidak jumawa. Kita tahu situasi masih akan sangat cair dan dinamis. Berbagai kemungkinan terjadi dengan kenaikan suku bunga, capital outflow terjadi di seluruh negara berkembang dan emerging termasuk Indonesia dan itu bisa mempengaruhi nilai tukar suku bunga dan bahkan inflasi di Indonesia," kata Sri Mulyani.




Berita Lainnya

Jelang Puasa, Harga Cabai dan Telur Masih Mahal

17/03/2023 23:25 - Rahman Hasibuan
Kemukakan Pendapat


BOLA