Gusdur pernah berpidato sy lupa apakah itu di PBB, atu di Uni Eropa. Kebetulan beliau adalah pembicara terakhir dan seperti pembicara yg menyimpulkan pidato dari kepala negara sebelumnya.
Kalimatnya singkat, Our problem now is based on morality. Begitu kira² bhs Maduranya.
Ini kalimat singkat yg dalam maknanya. Moral adalah standar hidup yg bisa diterima utk hidup scr kooperatif, dst.
Adakah saat ini ada sebuah negara yg hidup dgn moralitas yg baik. Jawabnya ada tapi tidak banyak.
Apakah survey negara yg hidup scr islami beberapa tahun yll dapat menjadi pegangan, dan hasilnya negara non islam bertengger sbg pemenang. Ada Finlandia, Canada, New Zaeland, dll. Sementara negara² islam hanya pada urutan 90-120 dari 200 negara.
Apa esensi dari survey itu tak lain adalah masalah akhlak karena dari 200 pertanyaan yg di jadikan pertanyaan dalam survey adalah cara pandang dan kehidupan Nabi Muhammad yg semula dari perdebatan Moch. Abduh pemuka agama islam Mesir dgn Reinan Filsuf Prancis kemudian menghasilkan statement dari Moch. Abduh yg terkenal ” Aku tak menemukan muslim di Prancis, tapi aku menemukan ajarannya. Dan sebaliknya aku menemukan muslim di Mesir tapi tak menemukan islam.
Survey itu lebih banyak tntg akhlak, sebuah entitas yg ada atau tidak di tengah masyarakat, moralitas. Kenapa kehidupan Nabi Muhammad menjadi rujukan, karena kehadirannya sebagai nabi terakhir adalah utk memperbaiki akhlak manusia yg makin menjauh dari kehidupan yg beradab.
Kehadiran Jokowi tidak saja sbg pemimpin bangsa, tapi sekaligus sebagai tauladan. Prilaku dan kepribadiannya membuat rakyat makin mencintainya, orientasinya bukan kekuasaan tapi menjalankan amanah yg dieksekusikan dlm kebenaran.
Baca juga :
Dia hadir di tengah event formula E yg penuh drama, dia tidak tanya proses yg telah merusak lingkungan dan penghamburan uang rakyat, dia duduk dibawah tenda yg baru ambruk beberapa hari sebelumnya, dia kepala negara yg di undang oleh dua pecundang Anis dan Syahroni yg kerap melecehkannya. Apakah dia jadi turun harga, tentu saja tidak karena kehadirannya justru merendahkan yg mengundangnya.
Jokowi tetap seperti mutiara di tengah cangkang kerang yg tak punya harga.
Jokowi adalah manusia biasa yg di tempa dgn luar biasa. Hidup berpindah dari rumah kontrakan di pinggir kali Surakarta tidak membuat dirinya gagap saat dia berkuasa yg sangat besar kesempatannya mengeruk harta seperti banyak pejabat pada umumnya.
Kerumunan rakyat yg selalu mengerubutinya dimana saja dia berada adalah bukti bahwa dia telah memikat hati rakyatnya. Dia menjadi panutan yg akan melegenda utk Indonesia.
Kini kita sedang di hadapkan atas sebuah kekhawatiran dlm proses penggantian seorang presiden, yg bisa menjadi preseden.
Sejalan dgn itu kita terus dihantui ketakutan akan di cengkeram oleh seorang pemimpin yg tidak bermoral.
Ya, kekhawatiran kita dan PR kita adalah moralitas.
(Sumber: Facebook Biakto)