Beritacenter.COM - SBY memimpin Indonesia menjadi Presiden dengan menggunakan taktik pencitraan dan politik belas kasian, selama di pimpin oleh SBY Indoensia tidak ada kemajuan sama sekali.
Selama SBY jadi presiden, Banyak mega proyek menjadi lahan korupsi oleh para kader demokrat, kasus yang paling disorot tentang kasus mega korupsi hambalang yang menyeret para petinggi Partai Politik Demokrat.
Kepemimpinan SBY ini mendapatkan sorotan , Tito Gatsu dengan membuat artikel berjudul "SBY, 10 Tahun yang Sia-Sia"
Ditulis Oleh : Tito Gatsu
Ada sebuah buku Berbicara tentang 10 tahun pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono diterbitkan di Singapura pada tahun 2014 yang berjudul The Loner yang ditulis John Mc Beth seorang jurnalis asal Selandia Baru dan bekerja pada Asia Times .
® MIMPI JADI PRESIDEN
Buku itu mengisahkan dua periode menjadi Presiden RI hanya mengelus-elus pencitraannya. Oktober 2009 adalah titik balik Susilo Bambang Yudhoyono. Pada pemilihan presiden putaran pertama tahun itu, ia memperoleh 61% suara. SBY menjadi presiden untuk masa jabatan lima tahun kedua. “Efek pemilu itu begitu dahsyat pada psikologinya. Ia merasa terangkat tinggi ke tempat unik dalam sejarah. Mendadak seluruh mimpi sepanjang hidupnya terpenuhi, didorong masa kecilnya yang tidak bahagia, ia menjadi seseorang. Dan rasa kepuasan diri yang mendalam meliputi dirinya,” kata Greg Fealy, akademisi dari Australian National University, yang mengamati 10 tahun pemerintahan SBY.
® MENJAGA STABILITAS DAN MEBIARKAN PEMERINTAHAN DI SERAHKAN ORANG LAIN TANPA MAU MENGAMBIL RESIKO
Pada masa 10 tahun pemerintahan SBY dia mengakomodasi semua pendukungnya untuk mengatur pemerintahan termasuk mengamankan kekayaan dengan cara yang licik kemudian membiarkan orang yang berjuang untuknya termasuk yang menambah pundi pundi kekayaannya menghadapi sendiri tanggung jawabnya dalam mencuri uang ini di tandai dengan begitu banyak Mentri dan pengurus partainya yang masuk penjara walaupun dia juga melakukan character assassination atau pembunuhan karakter untuk melakukan intimidasi terhadap Antasari Azhar ketua KPK pada saat itu.
Tuduhan keji melakukan Pidana “Pembunuhan” hingga sukses mengganti personil KPK menjadi “All lThe Peesident Man”Sejak saat itu, stabilitas adalah obsesi terbesar SBY. Untuk memastikan kenyamanannya, SBY membangun koalisi multipartai dengan membagi-bagi kursi di kabinet. Ia melakukan polling hampir pada semua keputusan politiknya. Menurut Fealy, SBY “menjadi pengikut (follower) daripada pemimpin (leader).”
Lalu, SBY mempekerjakan staf yang bertugas berburu penghargaan, terutama dari lembaga luar negeri. Lelaki tinggi besar kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949 itu masih di sana, di Istana, tapi tidak hatinya. Ia memilih pedagang dan Ketua Umum Golkar saat itu, Aburizal Bakrie, hanya sebagai contoh, dan menekan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati supaya mundur karena menagih utang pajak perusahaan Bakrie. Sri kemudian menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia—sebelum dipanggil pulang Presiden Joko Widodo tahun ini dan kembali menjadi Mentri keuangan.
® AUTOPILOT
Sejak itu merebaklah wacana negara autopilot, istilah yang menjadi besar terutama setelah sarasehan Anak Negeri bertajuk “Penyelamatan Negara Autopilot” pada 2012. Dalam sarasehan itu didiskusikan kinerja pemerintah yang rendah. Lalu dilemparkan isu itu: Indonesia adalah sebuah kapal terbang tanpa pengemudi. Negara berjalan otomatis seolah tanpa perlu pemerintah. Lily Wahid sempat berkomentar makjleb: “Kendali pesawat diserahkan pilot otomatis karena pilot yang asli asyik bernyanyi, main gitar, atau mengarang lagu!” Selalu Ada Pilihan.
Pada Januari 2014, 50 tahun setelah “little red book” Mao Zedong diterbitkan di Cina, SBY merilis “big white book”, refleksi pribadinya menjadi orang nomor satu di Indonesia.Di harian Kompas edisi 17 Januari 2014, buku yang diterbitkan oleh anak kandung koran tersebut dinamakan bukan curhat, bukan pembelaan diri, melainkan keinginan SBY berbagi pengalaman dan pengetahuan.“Aktualitasnya tinggi, menyangkut tahun politik 2014. Penuturan dengan kosakata sederhana dan bukan dengan analisis ilmiah menjadi daya tarik lainnya.
® PENGGUBAH LAGU DAN PENYANYI
Tanpa sengaja menjadi bonus plus untuk legacy SBY: bukan hanya tentara, presiden, melainkan juga penggubah lagu dan penulis buku.” Demikian petikan ulasannya. Buku yang terbit berbarengan dengan banjir besar di Jakarta dan Manado serta letusan besar Gunung Sinabung di Tanah Karo itu tampaknya ingin menggarisbawahi warisannya selama 10 tahun dan prospek bagi masa depan karir politik anak-anak dan keluarganya.Sewaktu menjabat presiden pada periode pertama, SBY memang berhasil merehabilitasi Aceh setelah bencana gempa bumi dan tsunami dahsyat; merangsek teroris Islam, dan mengubah ekonomi Indonesia sumringah.Ia menang besar pada Pemilu 2009 dengan janji memberantas korupsi.
® EKONOMI BERANTAKAN
Namun, setelah disumpah untuk kedua kalinya, SBY malah seolah membiarkan booming ekonomi dikelola secara buruk; keputusan-keputusan politik penting dibuang ke semak-semak, dan; Partai Demokrat dan orang-orangnya ramai-ramai terjerumus ke skandal korupsi besar di negeri ini.Yohanes Sulaiman, pengajar di UniversitasSerta ada deskripsi tentang keluarnya Indonesia dari krisis ekonomi 1998, namun gagal memanfaatkan peluang bangkit kembali saat kenaikan harga komoditas pada 2004-2012, masa penting kekuasaan SBY. The Strait Times juga menurunkan ulasan buku ini dan menyebut SBY sebagai presiden yang selalu ragu dalam pengambilan keputusan penting. Kami sadur beberapa bagiannya. Biasanya, Presiden SBY berbincang tentang satu tema tertentu dengan banyak orang, namun kecuali kepada istrinya Kristiani, tak ada seorang pun yang ia percaya sepenuh hati.“Diskusi biasanya berhenti dengan sendirinya. Menyesap dan mengimplementasikan hal-hal baru adalah hal sulit baginya,” kata seorang lingkaran dalam Istana saat itu.
® PEMALAS XANG HANYA MEMENTINGKAN PENCITRAAN
Salah seorang staf Wakil Presiden awalnya mengira akan bekerjasama erat dengan presiden. Namun Boediono ternyata harus selalu menghubungi ajudan SBY terlebih dulu sebelum bisa bertemu, walau presiden selalu mempunyai waktu menemui wakilnya itu. “Ini hubungan hirarkial, dan sebagai orang Jawa, Boediono selalu tahu diri. Saya kira mereka akan bertemu setiap hari, namun hubungan mereka tak dekat sama sekali.”Tentu saja ada godaan menjadi psikolog amatir bahwa kecenderungan SBY hanya percaya segelintir orang dekatnya seperti itu adalah sindroma “anak tunggal”, yang kesulitan membangun hubungan sosial dan secara sengaja menjaga hubungan karena merasa superior.
Namun pakar dari Universitas Texas, Toni Falbo, mengatakan apa yang dilakukan SBY adalah sikap seorang Jawa. SBY lebih termotivasi menjaga hubungan personal supaya tidak dekat, mencegah konfrontasi, dan menjaga nama baik. Lebih dari segalanya, SBY terobsesi dengan konsensus. Dalam lorong-lorong rahasia Istana, SBY disebut pernah mengatakan tak ada satu pun keputusan yang mudah, sebab selalu mengandung faktor yang harus diseimbangkan satu sama lain. Orang yang lama mengenal SBY yakin ia memasuki politik dengan asumsi keliru peranannya sebagai presiden terbangun hati-hati.Namun segera sadar memenangkan pemilu dan mengelola kekuasaan yang baru direngkuhnya adalah dua hal yang berbeda.
Itulah yang membuat SBY seolah berjalan di rawa-rawa, harus yakin pijakan di depannya adalah tanah padat yang kuat diinjaknya, sebelum berani melangkah.“Yudhoyono ditentukan kebiasaannya. Ia ingin menyenangkan semua orang. Itu yang membuatnya tak pernah mengambil posisi jelas.Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri yang tegas mengambil posisi oposisi waktu itu, sampai berkata SBY terlalu asyik mengelus-elus citranya. “Itu fokus utama semua yang ia kerjakan. Itulah pusat dunianya,” kata seorang kolega SBY.Dan citra yang tergambar di masyarakat sekarang adalah SBY tidak melakukan apa-apa selama 10 tahun menjadi Presiden RI.Salam Kedaulatan Rakyat,
Sumber : Status Facebook Ki Tito Gatsu.