SBY bagi saya bukan seorang yang mengedepankan moral dan etika dalam berpolitik walaupun bicaranya nampak santun tapi beliau adalah orang yang bisa menghalalkan Berbagai cara untuk menjatuhkan lawan- lawan politiknya dan menutupi citranya bahkan mengadu domba pihak yang bisa menyerang dirinya . Masih ingat bagaimana ketika beliau berseteru dengan Gus Dur? , saat itu dia bisa membaca situasi bahwa posisi Gus Dur lemah karena ditopang diparlemen sebelum dia dipecat dia ambil momen duluan dengan menyatakan mundur dan lebih cenderung bicara ke publik mencari simpati ditambah dengan merangkul media sehingga aksi terzolimipun sukses besar.
Hal ini berulang ketika mundur dari kabinet Presiden Megawati padahal ketika itu Taufik Kiemas mengatakan. “Jendral koq seperti Taman Kanak-kanak ” karena sikapnya yang mudah mutung, momen inipun dia luapkan ke media sehingga aksi terzolimi jilid 2 pun sukses hingga dia bisa bersama – sama partai Demokrat ( yang entah siapa pendirinya , karena sekarang pun tiba- tiba jadi milik dia) .
Kemudian pada tahap setelah dia jadi Presiden acting terzolimipun berubah menjadi “Saya Prihatin!” , saya Prihatin ketika bersikap seolah-olah tanpa dosa ketika pengurus partainya dan mentrinya ramai-ramai masuk penjara, saya prihatin ketika menyeret Antasari Azhar yang memeriksa besannya dalam kasus korupsi , saya prihatin dan menuduh George Aditjondro yang dituduh memfitnah karena membongkar mega skandal korupsi gurita cikeas dan saya prihatin ketika dibongkar skandal Century dan e-KTP tapi kasusnya bisa hilang bak es yang mencair ditengah terik panas matahari. Kemudian di akhir masa Jabatannya dia memposisikan diri netral seolah-olah tidak berpihak kepada siapapun padahal niatnya bermain di dua kaki. Seperti kita ketahui di Pemilu 2014 dimana Jokowi bertarung dengan Prabowo fitnah dan ujaran kebencian menguasai jagad medsos dan media maintream yang ditujukan kepada Jokowi dan itu dibiarkan saja oleh SBY.
Bahkan sampai menjelang pilpres walaupun beliau mengadakan konvensi Partai Demokrat tak ada satupun calon yang sesuai dengan harapan dia karena saat itu Agus belum bisa mundur dari TNI, Jendral Pramono Edi Wibowo (alm) sang adik ipar kalah bersaing dari Dahlan Iskan dan Gita Wiryawan akhirnya konvensi capres Demokratpun sia sia. Karena tidak sesuai dengan ekspektasi beliau, saya prihatin! Jelas sekali dukungan pada Prabowo yang kebetulan bersanding dengan besannya Hatta Rajasa dia berikan diam diam dengan membiarkan ujaran kebencian berkembang bahkan melalui para Ustad seleb yang mendapatkan fasilitas finansial dan kemudahan dari Yayasan yang dibinanya melalui Yayasan Majelis zikir SBY Nurusalam yang dimotori Bachtiar Nasir, Anwar Abas, Tengku Zul (alm), Aa Gym , Emha Ainun najib , Arifin Ilham (alm) , dll dan Ibhas Yudhoyono menjadi sekjennya.
Seperti kita ketahui tokoh-tokoh diatas juga menjadi gencar menyuarakan negara khilafah tentunya juga didukung oleh PKS sebagai partai besutan orde baru yang pura-pura islam padahal garong dan pemecah belah bangsa. Saya Prihatin Masih ingat Pilkada DKI ? Sebuah tindakan blunder SBY melalui skema yang dirancang lama ada satu momentum dimana Ahok pada penghujung tahun 2016 mengadakan kunjungan ke Pulau seribu dengan mengatakan pada masyarakat disana yang Kira -kira begini menekankan bahwa Pilkada Itu sesuai hati nurani bila tak pilih saya tak apa-apa , jangan mau dibohongi! Surat Almaidah 51 Itu jadi keyakinan Bapak dan ibu silahkan jangan pilih saya!.
Kemudian video itupun menyebar pada saat menjelang pendaftaran Pemilu Pilkada DKI 2016 dengan kata kata yang sudah dipotong (diedit) menjadi ” Bapak Ibu jangan mau dibohongi Surat Al Maidah 51″ yang sudah ditambah narasi-narasi kebencian , Tak lama kemudian disusul dengan demo berjilid-jilid , sebelumnya terjadi kisruh di KPK dimana Kapolri yang dicalonkan oleh Jokowi Budi Gunawan dijegal KPK dengan mengeluarkan penetapan Tersangka kepada Budi Gunawan yang pada akhirnyapun Tak ditemui bukti yang cukup, Kapolri sebelumnya adalah Sutarnan orang dekat SBY tapi Jokowi Tetap sigap mengganti Sutarnan dengan Badrodin Haiti Wakapolri saat Itu.
Posisi Panglima TNI dipegang oleh Gatot Nurmantyo yang jelas-jelas orang dekat SBY . Setelah video yang diedit Buni Yani menyebar di Medsos Rizieq Shihab dan Munarman dengan FPInya langsung tancap gas dengan demo berjilid-jilid dan para Ulama anggota yayasan Pengajian Darusalam milik SBY yang dipimpin Bachtiar Nasir langsung menguasai medsos dan semua kultum Pengajian di medsos dan youtube mengecam Ahok yang dicap sebagai penjaga Agama hampir semua ustad seleb , seperti UAS, Aa Gym, Arifin Ilham ( Alm), Yusuf Mansur hingga mama Dedeh dan semua ustad yang mempunyai acara di TV Swasta mengecam BTP alias Ahok reaksi yang tak terduga tersebut membuat Ahok terlambat melakukan klarifikasi karena masyarakat sudah lebih marah.
Sehari setelah Ahok melakukan klarifikasi SBY justru mengadakan Press Release mencalonkan AHY yang juga sudah mundur dari TNI dan mengundang semua Ulama termasuk MUI yang diketuai Ma’ruf Amin ikut mengecam Ahok bahkan mendesak MUI untuk mengeluarkan fatwa haram bagi penista Agama yang ditujukan pada Ahok. Klarifikasipun sia-sia karena tuntutan BTP dihukum sudah menyebar luas. Hmmm sebuah rencana jahat yang disusun dengan matang hingga Jokowipun diserang dengan narasi pelindung penista Agama, untungnya ada persaingan antara Prabowo dan SBY serta adanya persaingan juga antara SBY dan Jusuf Kalla hingga Anies Baswedan Bisa maju menjadi Gubernur DKI dan terpilih jika saja Anies tidak maju dipastikan AHY melenggang ke Balai Kota dan kiprah SBY akan berjaya tapi sematang-matangnya rencana akan sia-sia jika Tuhan tidak suka
Sebenarnya awal dari kekisruhan yang ramai dibicarakan dinegri ini adalah tumbuh suburnya radikalisme , kemudian kenapa Rizieq Shihab yang pernah ditahan di era SBY bisa muncul lagi ? Itu sebenarnya Fenomena biasa dinegri ini yang sudah didisain sejak Masa reformasi dimana para political mainstream akan bergabung dikala menghadapi PDIP dan akan bersaing diantara mereka jika bisa melemahkan PDIP hal ini terbaca jelas sejak Sidang Istimewa MPR Tahun 1999. Saya hanya ingin rakyat Indonesia yang berazaskan Pancasila yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat tidak lagi mengalami peristiwa paling memalukan yang bukan saja mengorbankan akhlak, moral dan etika tapi menjunjung tinggi kemunafikan dan pembohongan publik yang efeknya masih kita rasakan hingga hari ini dimana masih banyak rakyat kita yang mabuk agama yaitu mengaku beragama tapi tidak bermoral. Ingat Tuhan Tidak suka Salam Kedaulatan Rakyat
Sumber : Status Facebook Tito Gatsu.