Wednesday, 06 Dec 2023
Temukan Kami di :
Opini

SBY Layak Menyesal dan (Memang) Harus Bertobat

Indah Pratiwi - 12/03/2021 22:30 Oleh : Fadly Abu Zayyan

Pada tulisan sebelumnya saya telah mengulas persekongkoklan SBY dan Anas Urbaningrum saat menjegal Gus Dur pada pencapresan tahun 2004. Kali ini saya akan menyinggung kenapa Mantan Presiden ini merasa menyesal pernah menunjuk Moeldoko sebagai Panglima TNI.

Saya jadi ingat penuturan seorang kawan pada tahun 2013 silam yang telah mengendus Operasi Intelijen untuk memenangkan beberapa kandidat Kepala Daerah besutan Istana. Tak tanggung-tanggung, berpeti-peti uang segar "tak berseri" sebagai logistik pemenangan telah digelontorkan. Diistilahkan tak berseri untuk menggambarkan saking banyaknya uang itu. Bisa juga sebagai istilah bahwa itu adalah Uang KW alias Aspal alias Uang Kloning. Yaitu uang ilegal yang dicetak diluar sistem yang sah.

Lalu pertanyaannya, dimanakah logistik itu disimpan? Salah satunya adalah di gudang-gudang senjata milik tentara. Ya! Pada saat itu yang menjadi panglimanya adalah Jenderal Moeldoko. Seorang Jenderal dari Jawa Timur yang telah dipilih oleh SBY. Lalu pantaskah jika saat ini Moeldoko dianggap berkhianat kepada SBY?

Bagi yang hanya melihat kulit permasalahan sekedar perebutan Ketum Partai bisa jadi apa yang dilakukan Moeldoko saat ini adalah tak beretika. Namun jika kita mencoba melihat sisi lebih dalam mungkin akan memberikan perspektif yang berbeda. Apa yang ada dalam batin kita, ketika kita harus tunduk pada perintah atasan namun tak sesuai dengan nurani? Apalagi jika sudah mengusik Jiwa Patriotisme dan Bela Negara?

Bisa jadi Jenderal Moeldoko saat itu tak dapat membantah perintah Presiden sebagai Panglima Tertinggi. Namun di sisi lain, perang batin juga bergolak di dalam dirinya. Karena praktek Uang Kloning itu sebenarnya telah merongrong sendi-sendi negara. Misalnya, memicu terjadinya anomali moneter seperti inflasi akibat terlalu banyak uang yang beredar. Kurs Rupiah juga terseok karena sebagian uang itu digunakan untuk memborong (belanja) dolar demi kepentingan pribadi dan kelompok oligarkhi yang mana muaranya menjadi aset tersembunyi di luar negeri.

Belum lagi uang-uang itu juga digunakan sebagai "ATM Politik" sebagaimana yang saya ceritakan di awal. Termasuk skenario politik dinasti dengan cara memberikan "hutang politik" terhadap calon kepala daerah yang diusung. Dan jika terpilih, mereka harus membayar di kemudian hari berupa kompensasi politik dan logistik kepada Sang Bandar.

Dan siapa sangka, ketika Jokowi terpilih menjadi Presiden RI, ia mampu menghentikan praktik kotor itu. Diterbitkannya emisi baru (Uang NKRI) telah menyudahi era Uang KW. Meski sempat dituding berlogo PKI, tiga belas pengaman dalam tiap lembarnya kini tak mampu dipalsukan lagi. Celakanya (bagi SBY), Presiden Jokowi malah mengangkat orang-orang eks Ring 1 Istana yang memegang kartu truf dan kemudian akan menjadi blunder bagi mantan tuannya.

Pak Beye, ini bukan tentang pengkhianatan. Tapi tentang hati nurani. Yaitu orang-orang yang berkesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi di masa lalu. Anda memang layak menyesal dan harus segera bertobat mohon ampun pada Allah. Akuilah kesalahanmu kepada rakyat. Sebelum semuanya berakhir terlambat.
*FAZ*
Sumber : Status Facebook Fadly Abu Zayyan




Berita Lainnya

Ikrar Nusa Bakti : Negara Adalah Saya

03/11/2023 15:15 - Indah Pratiwi

Ganjar Versus Korupsi

28/09/2023 07:42 - Indah Pratiwi

MENGKRITISI KETELEDORAN JOKOWI

27/09/2023 11:05 - Rahman Hasibuan
Kemukakan Pendapat


BOLA